Monday 8 March 2010

Filosofi bersepedah


Minggu kemarin adalah minggu pertama kami bersepeda di taun ini. Walaupun spring baru tiba, walaupun suhu dingin masih terasa, tapi matahari full banget hari itu.

Empat sepeda dikeluarkan dari garasi, jaket, topi, helm, kaos tangan telah dikenakan. Pasukan beriringan menuju jalanan.

Papih paling depan. Sebagai pemimpin keluarga sudah selayaknya dia paling depan. Menentukan arah mana yang akan dituju dalam perjalanan ini, makan siang di taman kah? atau jalan ke country side kah? kita bertiga hanya mengikuti dari belakang. Karena kita tau pasti papih membawa ke tempat yang asik untuk dikunjungi. Bila papih cycling himself dia bisa ngebut semaunya dia, tapi kali ini tidak karena papih tau betul kekuatan pasukannya. Sesekali papih bertanya lanjut atau teruskan? itu bentuk demokrasi dalam keluarga kami. Sesekali juga kami tersesat lalu papih mengeluarkan SATNAV nya suatu bentuk ilmu dan kecanggihan teknologi sangat membantu dalam kehidupan ini.

De Al mengekor pada papih, jagoanku ini kelak akan seperti papih, laki-laki tangguh, kuat, calon pemimpin dan imam bagi keluarganya. Mengikuti arah papih dijaga oleh teteh dari belakang. Sebagai anak yang terkecil di keluarga ini sudah semestinya teteh menjaga dede. Walaupun teteh bisa lebih kencang menjalankan sepeda bukan berarti teteh bisa nyalip dede.

Teteh dibelakan dede, didepannya mamih. Walaupun teteh udah beranjak teenager. Bukan berarti tanpa pengawasan mamih. Walaupun teteh udah mahir pakai sepeda sesekali jatuh juga dan mamihpun siap membantu teteh bila teteh terjatuh.

Mamih paling belakang. Posisi paling belakang adalah sebagai pengontrol dari semua aktifitas apapun,
termasuk bersepeda kali ini. Bila papih terlalu cepat melaju mamih siap menegur papih untuk mengurangi kecepatan, bila terjadi accident mamih siap turun dan segera membantu, bila anak-anak sudah terlihat kepayahan mamih bisa menghentikan misi.

Konvoi sepeda ini bukan untuk menunjukan siap yang terkuat, siapa yang tercepat, siapa yang terhebat. Tapi untuk menunjukan saling mengayomi, saling memahami, saling menghormati antara anggota keluarga. Menumbuhkan kebersamaan, menekan rasa ego masing-masing.

Tak terasa perjalanan ditempuh dalam lebih kurang dua jam melewati pemandangan yang indah untuk dinikmati dengan hangatnya sinar matahari tapi cukup membuat tangan kami kaku, tiba saatnya lunch time, satu paket fish n chips pun segera dibasmi, dan ...papih mengeluarkan dompet dari tasnya ranselnya ..itulah bentuk tanggung jawab dari seorang kepala keluarga.....hahahah....

No comments:

Post a Comment