Thursday, 25 February 2010

Demensia alias Pikun

Akhir-akhir ini saya sering sekali merasa lupa.
Ketika masak nasi di rice cooker tanpa meng'on'kan listriknya.
Ketika keluar rumah perasaan ragu apakah rumah sudah dikunci atau belum?.
Ketika bepergian ragu apakah kompor sudah dimatikan atau belum?

Kondisi itu membuat saya ingin tau tentang penyakit lupa tsb.
Setelah menjelajah kutemukan kata Demensia. walaupun sesungguhnya saya bukan termasuk dari kelompok itu tapi ada baiknya kita mengetahui apa itu Demensia agar kita bisa mengantisipasinya.

Apakah Demensia itu?
Demensia merupakan kemunduran proses intelektual yang terjadi secara bertahap, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari penyandangnya. Kejadian demensia akan semakin meningkat dengan pertambahan usia. Kejadian demensia adalah 1,4% pada usia 65-69 tahun, 2,8% pada usia 70-74 tahun, 5,6% pada usia 75-79 tahun, dan 23,6% pada usia 85 tahun. Sebagian kasus demensia adalah demensia Alzheimer. Semakin tua seseorang akan semakin rentan untuk terkena demensia.

Penyebab demensia terbanyak adalah demensia Alzheimer. Penyebab lain demensia adalah demensia vaskuler (akibat gangguan pembuluh darah otak), demensia akibat penyakit parkinson, dan demensia sekunder akibat obat atau penyakit infeksi.

Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali tahun 1906 oleh dokter Alois Alzheimer. Usia tua merupakan faktor penyebab utama muncunya demensia. Faktor risiko lain adalah riwayat keluarga, yang ditunjukkan dengan pewarisan gen ApoE. Faktor risiko lain munculnya demensia adalah trauma kepala, stroke, diabetes, hipertensi, dan pemakaian obat-obatan tertentu.

Gejala Demensia

Gejala awal demensia ditandai oleh mudah lupa. Mudah lupa ini ada yang bersifat beniga atau mudah lupa wajar, dan bersifat maligna atau mudah lupa yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gejala yang sering dikeluhkan adalah lupa nama, lupa janji, lupa menaruh benda, lupa nama peristiwa, dan sebagainya. Pada kondisi ini aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan dengan baik, Gejala yang khas dan paling sering dilaporkan dari berbagai penelitian adalah lupa menaruh barang, sehingga muncul lelucon bahwa pada tahap ini seseorang akan mengikuti cabang olahraga baru yaitu 'mencari-cari kacamata'.

Gejala akan berlanjut menjadi mudah lupa yang maligna, suatu kondisi yang disebut dengan Mild Cognitive Impairment. Pada kondisi ini mudah lupa semakin menjadi-jadi. Keluhan tidak hanya disampaikan oleh pasien, namun juga oleh banyak orang di sekitarnya. Aktivitas rutin harian masih normal, tetapi ada gangguan sedikit dalam aktivitas yang kompleks misalnya berbelanja. Kondisi ini di banyak kultur masih sering dianggap wajar, 'bila sudah tua, ya wajar mudah lupa”'. Anggapan tersebut kurang tepat. Bila ditemukan pada tahap ang dini, demensia dapat diperlambat.

Bila penyakit berlanjut, maka akan muncul gejala demensia. Gejala yang umum dijumpai adalah gangguan memori dan ketidakmampuan mempertahankan informasi yang baru. Memori yang terganggu pada umumnya adalah memori jangka pendek. Pada tahap ini pasien seringkali menunjukkan gangguan perilaku, mudah curiga, marah-marah, sering berbohong, dan perilaku lain yang tidak wajar. Aktivitas harian mulai terganggu. Pada tahap yang lebih lanjut sering dijumpai gangguan tidur malam hari, kesulitan menemukan kata-kata, dan kehilangan kontrol atas buang air kecil dan buang air besar. Pada tahap akhir penyakit, pasien lebih banyak di tempat tidur dan sepenuhnya tergantung pada bantuan orang lain.

Penanganan Demensia

Prinsip utama penanganan adalah menemukan kasus sedini mungkin. Semakin awal kasus demensia ditemukan, semakin baik harapannya. Kasus yang ditemukan pada stadium Alzheimer memiliki prognosis yang lebih buruk daripada bila ditemukan pada stadium mudah lupa.

Banyak tes neuropsikologi sederhana yang dapat dikerjakan pada pasien. Tes ini akan memakan waktu yang bervariasi, mulai dari 5 menit sampai 1 jam. Lamanya waktu akan sangat terganung pada kompleksitas tes. Beberapa tes yang sangat terkenal adalah MMSE (Mini Mental State Examination), Short Blessed Test, dan Clock Drawing Test. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan penyebab sekunder. Tes laboratorium untuk melacak infeksi seringkali dikerjakan, demikian pula pemeriksaan radiologi (CT scan kepala atau MRI).

Terapi meliputi terapi farmakologi (dengan obat) dan non farmakologi (tanpa obat). Terapi farmakologi terutama ditujukan untuk memperbaiki gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Terapi yang seringkali diberikan adalah untuk memperbaiki gejala mudah lupa, sulit berbahasa, depresi, agitasi, dan gangguan tidur. Terapi non obat meliputi edukasi pada pasien dan keluarga, membuat catatan dan titian ingatan, terapi rekreasional, dan brain exercise.

Titian ingatan seringkali membantu pasien untuk mengingat. Terapi rekreasional yang paling dianjurkan adalah dengan berkumpul bersama kelompokya. Hal ini dapat dicapai dengan tetap mengikuti kegiatan sosial, bertemu teman lama, menghadiri reuni. Saling berbagi cerita akan membantu proses ingatan.

Sedangkan senam otak (brain gym) adalah metode gerakan-gerakan tubuh yang mengaktivasi fungsi otak. Berbagai penelitian membuktikan peningkatan fungsi dan aktivitas otak akibat gerakan-gerakan senam tersebut. Brian gym ini telah banyak dipelajari dan sudah banyak diterapkan (bahkan dalam bentuk perkumpulan).

Prinsip utama penanganan demensia adalah 'Use it or lose it', sehingga asahlah otak ini terus menerus.
(Artkel dr dr Rizaldy Pinzon, Mkes, SpS)

Eeehhhhmmmm....begitu nyahhhh...
Kalo begitu mesti sering2 mosting artikel untuk mengasah otakku...ditemani secangkir kopi yang konon bisa mengatasi penyakit Demensia tsb.

No comments:

Post a Comment